Penjelasan Hadis
Hadis ini menjelaskan bahwa mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala ibadah wajib seperti shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadan, dan mengeluarkan zakat merupakan ibadah yang dicintai Allah SWT. Dalam Hadis ini, Rasulullah SAW mengawali perintahnya dengan kalimat “Bertaqwalah kepada Tuhanmu”, maksudnya buatlah benteng pemisah antara dirimu dan murka Allah, dan takutlah kepada-Nya seakan-akan kamu melihat-Nya. Karena ada 3 (tiga) substansi perintah bertaqwa adalah menghindari segala perbuatan yang menimbulkan murka Allah, menimbulkan kerugian terhadap diri sendiri, dan menimbulkan kerugian terhadap orang lain.
Perintah selanjutnya adalah “tegakkan shalat lima waktumu” yaitu kewajiban vertikal kepada Allah SWT sebagai wujud syukur atas segala kebaikan-Nya dengan melaksanakan shalat 5 waktu dengan baik dan benar. Baik dalam arti memenuhi aspek kebathinan berupa kekhusyuan, serta benar dengan memenuhi rukun dan syarat sah shalat.
Perintah selanjutnya adalah “berpuasalah di bulanmu (Ramadan)”, yaitu kewajiban vertikal dan horizontal sebagai upaya penguatan tauhid dan kepedulian sosial. Puasa mampu memadukan dua potensi manusia yaitu potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan yang menjadi bekal utama dalam menjalankan tugas sebagai hamba Allah. Khususnya pelaksanaan ibadah Ramadan di tengah pandemi Covid 19 memotivasi kita meningkatkan aspek kepasrahan diri kepada Allah dengan penuh harap agar wabah Covid 19 segera lenyap dari negeri Indonesia tercinta, serta meningkatkan rasa kepedulian terhadap masyarakat yang terkena dampak ekonomi dari Covid 19 ini.
Perintah selanjutnya “tunaikanlah zakat harta-hartamu”, yaitu kewajiban harta dengan mengeluarkan zakat harta jika telah memenuhi kadar wajib zakat atau nishab. Zakat merupakan hak Allah yang wajib ditunaikan sebagai wujud syukur atas anugerah harta dan keterlibatan orang lain dalam meraih anugerah tersebut. Karena berterimakasih kepada manusia menjadi wasilah bersyukur kepada Allah, sebagaimana dalam sebuah Hadis, yang artinya “Tidak dipandang bersyukur kepada Allah bagi orang yang tidak berterimakasih kepada manusia”
Perintah selanjutnya adalah “dan taatilah para pemimpinmu”, yaitu kewajiban mentaati orang-orang yang mengurusi segala urusan manusia sebagaimana firman Allah SWT;
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’: 59)
Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh perintah "taatilah" karena ketaatan kepada pemimpin merupakan ikutan (tâbi') dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, apabila seorang pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada lagi kewajiban mendengar dan taat kepada mereka.
"Sepeninggalku nanti ada pemimpin-pemimpin yang akan memimpin kalian, pemimpin yang baik akan memimpin dengan kebaikannya dan pemimpin yang fajir akan memimpin kalian dengan kefajirannya. Maka dengarlah dan taatilah mereka pada perkara-perkara yang sesuai dengan kebenaran saja. Apabila mereka berbuat baik maka kebaikannya adalah bagimu dan untuk mereka, jika mereka berbuat buruk maka bagimu (untuk tetap berbuat baik) dan bagi mereka (keburukan mereka)." (HR Bukhari Muslim)
Hadis ini ditutup dengan kalimat yang indah“niscaya kalian semua akan masuk ke dalam surga Tuhanmu” yaitu jika kalian terus istiqomah menjalankan ibadah shalat 5 waktu, berpuasa di bulan Ramadan, menunaikan zakat, dan mentaati para pemimpin, niscaya ibadah-ibadah tersebut berpotensi mensucikan diri, jiwa, dan harta serta mengembalikan manusia kepada karakter keasliannya yaitu hamba Allah yang taat. Kemudian Allah akan menunaikan janjinya berupa keridhoan-Nya di surga. Firman Allah SWT surah Ar-Ra’du ayat 35, yang artinya “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.”
Demikian semoga bermanfaat.
Subhan Nur, Lc, M.Ag
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)
Tags:
Stay At Home