Dari
Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, “Manusia yang paling
dicintai oleh Allah adalah mereka yang paling memberikan manfaat bagi orang
lain. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang
engkau berikan kepada muslim yang lain, melepaskan kesusahannya, membayarkan
hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama
saudaraku untuk sebuah keperluan(nya) lebih aku cintai daripada beri’tikaf di
masjid ini—maksudnya masjid Nabawi—selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani)
Penjelasan Hadis
Hadis ini menjelaskan tentang
anjuran bersikap empati terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain.
Rasulullah SAW memberikan predikat manusia terbaik bagi orang yang
keberadaannya bermanfaat bagi orang lain, salah satunya adalah bersikap empati
dengan melakukan aksi nyata melepaskan manusia dari belenggu kesulitan dan
penderitaan.
Kalimat “mereka yang paling memberikan manfaat bagi orang lain” tidak terbatas dalam bentuk materil saja, tetapi meliputi seluruh potensi yang bermanfaat bagi orang lain seperti ilmu, harta, jabatan, pemikiran, nasehat, tenaga, dan lainnya. Dengan demikian, tiap-tiap individu dapat memposisikan dirinya sebagai manusia terbaik dengan memberikan manfaat kepada orang lain sesuai dengan potensinya.
Kalimat “mereka yang paling memberikan manfaat bagi orang lain” tidak terbatas dalam bentuk materil saja, tetapi meliputi seluruh potensi yang bermanfaat bagi orang lain seperti ilmu, harta, jabatan, pemikiran, nasehat, tenaga, dan lainnya. Dengan demikian, tiap-tiap individu dapat memposisikan dirinya sebagai manusia terbaik dengan memberikan manfaat kepada orang lain sesuai dengan potensinya.
Adapun kalimat “kebahagiaan yang engkau
berikan kepada muslim yang lain dan seterusnya” merupakan
aktualisasi sikap empati yang diwujudkan dengan memberikan rasa kebahagiaan
(happiness) dan menghilangkan kesulitan orang lain. Dalam hadis ini, prilaku
empati diillustrasikan dalam bentuk memenuhi kebutuhan pokok (sandang,
pendidikan,dan lainnya), melunasi hutang konsumtif, dan melepaskan rasa lapar
dengan memenuhi kebutuhan pangan.
Badai besar virus Corona
yang kian merebak di seluruh penjuru Indonesia hendaklah memicu kita untuk
menyalakan rasa empati terhadap penderitaan para korban yang terinfeksi
Covid-19. Di tengah pandemi Covid-19 ini, berbagai elemen masyarakat mulai dari
para pengusaha, musisi, komunitas profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Yayasan
sosial mulai menunjukkan empatinya dengan menggalang dana guna membantu
kebutuhan pokok kaum faqir miskin, pekerja harian, membantu penyediaan Alat
Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis, memberikan masker secara gratis,
menggalang penyemprotan disinfektan ke rumah maupun sarana ibadah, dan lain sebagainya.
Keadaan ini menunjukkan kesadaran tinggi dan kepekaan rasa terhadap kesulitan
yang dirasakan orang lain. Obyek prilaku empati bersifat universal tanpa
memperhatikan perbedaan suku, status sosial, maupun agama. Akan tetapi sikap
empati dilandasi seluruh prinsip hubungan antar manusia yaitu ukhuwah
Islamiyah, ukhuwah basyariah (persaudaraan sesama manusia), dan ukhuwah wathan (persamaan
sesama warga bangsa).
Sebagai sesama manusia,
kita diperintahkan untuk menajamkan sikap saling mengasihi, saling berbagi, dan
peduli pada kesulitan orang lain. Seseorang yang memiliki empati terhadap orang
lain tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi berupaya menunjukkan
kepeduliannya terhadap orang lain, khususnya yang sedang ditimpa kemalangan
atau kesedihan yang ditunjukkan dengan penyesuaian diri terhadap kondisi yang
dialami orang lain, sekaligus menunjukkan perhatian dan memberi bantuan.
Sikap empati juga
diwujudkan dalam bentuk menerima jenazah korban Covid-19 dan orang yang sudah
dinyatakan sembuh. Beberapa insiden penolakan warga terhadap jenazah Covid-19
untuk dimakamkan menunjukkan sikap yang jauh dari karakter keaslian manusia
sebagai makhluk sosial. Bukankah jenazah sudah dikafani dengan lapisan kain dan
pembungkus lainnya sesuai standar Kementerian Kesehatan dalam pemulasaran
jenazah sehingga aman bagi masyarakat. Bukankah Rasulullah SAW berdiri
memberikan penghormatan ketika melihat iringan jenazah dari kalangan muslim,
dan beliau juga berdiri memberikan penghormatan ketika melihat iringan jenazah
kalangan non muslim lewat dihadapannya.
Kalimat “aku berjalan bersama
saudaraku untuk sebuah keperluan(nya) lebih aku cintai daripada beri’tikaf di
masjid ini” menunjukkan besarnya keutamaan bagi orang yang berupaya
memenuhi kebutuhan pokok saudaranya dan melepaskan berbagai kesulitannya,
sehingga ganjarannya diillustrasikan melebihi i’tikaf selama 1 bulan penuh di
masjid Nabawi di Madinah.
Oleh karena itu, marilah
kita mulai dari diri sendiri, mulai saat ini, dan mulailah dari hal
terkecil untuk membantu meringankan beban hidup orang-orang yang terkena dampak
langsung pandemi Covid-19. Bukankah Allah SWT akan selalu menolong
hamba-hamba-Nya selama mereka terus membantu mengeluarkan saudaranya dari
berbagai kesulitan. Seyogyanya kita mengambil hikmah dari Covid-19 untuk
menyalakan empati dengan melihat segalanya dengan hati. Seseorang yang hatinya
peduli akan tergugah dengan kesulitan yang dirasakan oleh orang lain, cepat
tanggap untuk menolong orang lain dan tidak menghambat orang lain hanya karena
ingin kepentingannya didahulukan.
Sekian,
semoga bermanfaat
H. Subhan Nur, Lc, M.A
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)
Sumber :
Bimas Islam Kemenag RI
Tags:
Stay At Home