Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata: “Nabi SAW adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan di bulan Ramadan ketika Jibril AS bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadan untuk menyimak bacaan Al-Qur’annya. Sungguh, Rasulullah SAW lebih dermawan dengan kebaikan daripada angin yang berhembus.” (Hadis shahih riwayat Bukhari dan Muslim)
H. Subhan Nur, Lc, M.Ag
Penjelasan Hadis
Hadis ini menjelaskan bahwasa Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dermawan. Puncak kedermawanan beliau saat di bulan Ramadan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas amal kebaikan. Bahkan kedermawanan beliau lebih ringan dibandingkan hembusan angin yang menyejukkan.
Kalimat “manusia yang paling dermawan” menunjukkan sisi kemuliaan akhlaq beliau dengan bersikap murah hati dan empati terhadap sesama. Tak satupun manusia yang mampu menandingi kedermawanan dan kelembutan beliau. Siapapun orang yang mendatangi beliau untuk mengadukan permasalahan atau meminta pertolongan niscaya beliau tidak membiarkan orang tersebut kembali tanpa terselesaikan masalahnya atau terpenuhi kebutuhannya. Beliau tidak pernah berdusta dengan berkata “tidak punya” atau “tidak ada uang” untuk menolak permintaan sahabatnya. Jika beliau sedang tidak memiliki sesuatu yang diminta, maka beliau akan melelangnya kepada para sahabat.
Rasulullah SAW senantiasa mendahulukan kebutuhan orang lain ketimbang diri sendiri, baik urusan sandang maupun pangan. Kemurahan tangan beliau diwujudkan dengan berbagai macam cara seperti sedekah, hibah, maupun hadiah. Suatu ketika Rasulullah SAW membeli onta milik sahabatnya, Jabir, dan beliau membayarnya dengan harga yang lebih tinggi. Kemurahan Rasulullah SAW meliputi tindakan, ucapan dan apa yang beliau miliki. Sehingga tak jarang orang yang melihat akhlaq beliau terketuk hatinya untuk ikut berderma. Siapapun yang ada di sekeliling beliau pasti tersinari oleh akhlaq dan kedermawanannya.
Kalimat “beliau lebih dermawan di bulan Ramadan” menunjukkan keteladanan beliau dalam memanfaatkan momentum Ramadan sebagai bulan Al-Quran, bulan penuh berkah, dan bulan kepedulian sosial. Kedermawanan beliau dalam konteks kebaikan terlukiskan dalam berbagai aspek yang tidak terbatas pada harta, namun beliau berderma dengan ilmu, nasehat, memberikan makan orang yang lapar, memenuhi kebutuhan dan menanggung beban manusia. Dalam hadis ini dilukiskan kedermawanan beliau dalam kebaikan berupa pertemuan intens dengan malaikat Jibril dalam rangka bertadarus Al-Qur’an.
Meningkatnya kedermawanan beliau di bulan Ramadan disebabkan beberapa faktor:
Pertama; Momentum bulan Ramadan sebagai bulan penuh berkah dan kepedulian sosial, serta bulan dilipatgandakan ganjaran kebaikan.
Kedua; Membantu orang-orang yang beribadah di bulan Ramadan, agar mereka merasa tenang dan istiqamah dalam ketaatan. Karena ganjaran membantu orang yang sedang beribadah sama dengan ganjaran ibadah orang tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari Zaid bin Khalid al-Juhani RA:
“Siapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia akan mendapat ganjaran yang serupa dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit pun ganjaran orang yang berpuasa itu”
Ketiga; Kebaikan atau kedermawanan dapat menambal kekurangan ibadah puasa.
Keempat; Memberikan teladan berupa implementasi nilai-nilai ketaqwaan yang tidak hanya menajamkan ibadah individual, tetapi juga meliputi ibadah sosial.
Khususnya, Ramadan tahun ini bersamaan dengan merebaknya wabah Covid-19 yang “memukul” perekonomian umat. Banyak bermunculan orang-orang miskin baru akibat pemutusan hubungan kerja, tempat usaha ditutup, ojek online sepi order, dan lain sebagainya. Al-Qur’an mengingatkan bahwa dalam harta kita terdapat hak 2 (dua) kelompok manusia yaitu as-sâ`il (peminta-minta) dan al-mahrûm (orang yang membutuhkan yang tidak meminta) sebagaimana dalam surah Adz-Dzâriyât ayat 19:
“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.”
Adapun kelompok as-sâ`il (peminta-minta) sudah jelas dan terlihat berkeliling untuk meminta-minta. Namun kelompok al-mahrûm adalah mereka yang membutuhkan sandang atau pangan namun menahan diri untuk meminta-minta. Bisa jadi, mereka adalah pekerja yang terkena PHK, OJOL yang sepi order, guru ngaji yang tidak bisa lagi mengajar, para khotib/da’i yang tidak bisa lagi berkhutbah, dan profesi lain yang terhalang aktivitasnya akibat wabah Covid-19. Bisa jadi kelompok al-mahrûm ini lebih membutuhkan dibandingkan kelompok as-sâ`il, dan mereka seringkali luput dari perhatian berbagai kalangan.
Untuk itu, pemerintah telah menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk segera membayar zakat fitrah dan zakat mal, serta meningkatkan sedekah sebagai implementasi perintah Al-Qur’an dan hadis dalam memenuhi kebutuhan kelompok as-sâ`il dan al-mahrûm. Mari kita meningkatkan amal kebaikan dan kedermawanan di bulan Ramadan ini seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW yang menjadikan bulan Ramadan sebagai puncak kedermawanan. Kita semua optimis wabah Covid-19 bisa segera diatasi dengan bergotong-royong saling mengingatkan untuk menjalankan aktivitas di rumah, tidak mudik, rajin mencuci tangan, memakai masker, dan memperbanyak doa. Serta bergotong-royong untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak ekonomi dari wabah ini baik dari kelompok as-sâ`il maupun al-mahrûm. Mari kita bersatu melawan Covid-19 dan mengatasi dampaknya.
Sekian, semoga bermanfaat.
H. Subhan Nur, Lc, M.Ag
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)
Sumber : Bimas Islam Kemenag RI
Sumber : Bimas Islam Kemenag RI
Tags:
Stay At Home