Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, “Kezhaliman itu ada 3 jenis (yaitu) kezhaliman yang dibiarkan oleh Allah, kezhaliman yang diampuni, dan kezhaliman yang tidak diampuni. Adapun kezhaliman yang tidak diampuni adalah syirik (menyekutukan Allah). Adapun kezhaliman yang diampuni yaitu kezhaliman seorang hamba dalam hubungan antara dirinya dengan Allah. Sedangkan kezhaliman yang tidak dibiarkan yaitu kezhaliman seorang hamba terhadap sesama, kemudian Allah menuntut balasan untuk sebagian mereka dari sebagian yang lain,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penjelasan Hadis
Hadis ini menjelaskan tentang 3 jenis kezhaliman yang terjadi dalam konteks hubungan antara hamba dengan Allah, hamba dengan dirinya sendiri, dan hamba dengan sesama.
Dari sisi bahasa, kezhaliman adalah menempatkan sesuatu atau perbuatan bukan pada tempat semestinya. Dalam konteks penciptaan manusia, kezhaliman dapat juga diartikan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya yang tercermin dalam hubungan vertikal kepada Allah maupun horizontal kepada sesama manusia. Bahkan, manusia kerapkali melakukan kezhaliman terhadap dirinya ketika berbuat yang menimbulkan kerugian bagi fisik, psikologi, maupun spiritualitasnya.
Pertama, Kezhaliman yang Tidak Diampuni
Yaitu kezhaliman seorang hamba kepada Allah dengan menyembah dan beribadah kepada selain-Nya, atau dikenal dengan syirik. Syirik adalah kezhaliman terbesar karena menempatkan makhluk bukan para tempatnya, yaitu sebagai sesembahan dan sandaran kehidupan. Perbuatan syirik inilah yang menyebabkan seseorang tidak diampuni dosanya (Qs. An-Nisa:48 dan 116), serta menggugurkan seluruh catatan amal kebaikannya (Qs. Al-An’am:88). Jika pelaku syirik ini tidak bertaubat dengan sungguh-sungguh dan mati dalam keadaan syirik niscaya dosa-dosanya tidak terampuni. Namun jika ia bertaubat, dan mati dalam keadaan bertauhid niscaya Allah akan mengampuni dosanya.
Pada umumnya tujuan seseorang berbuat syirik bersifat duniawi, seperti demi meraih popularitas, meraih jabatan tinggi, kelancaran bisnis, percintaan, dan lain sebagainya. Sehingga sebagian mereka mendatangi para peramal dan mempercayai ramalannya, atau meminta jimat, memberikan sajian kepada pohon besar atau makam keramat, dan perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur mempercayai, bersandar pada makhluk, dan meniadakan kebaikan Allah SWT. Itulah kezhaliman terbesar.
Kedua, Kezhaliman yang Diampuni
Yaitu kezhaliman yang terjadi antara hamba dengan Allah dengan meninggalkan perintah-Nya atau mengerjakan larangan-Nya. Perbuatan tersebut dikatakan zhalim karena tidak sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yaitu menghambakan diri kepada Allah SWT dengan ketaatan. Namun jika ia bertaubat, niscaya Allah SWT akan mengampuni dosanya sebagaimana Nabi Adam AS yang melanggar perintah Allah untuk tidak mendekati pohon larangan, namun atas godaan Iblis, akhirnya nabi Adam dan Hawa memakan buah pohon larangan tersebut, dan menyesali perbuatannya itu seraya berkata:
“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi,” (Al-A’raf ayat 23).
Oleh karena itu, Allah SWT dan Rasul-Nya telah menjelaskan seluruh perintah yang harus ditunaikan oleh seorang hamba dan segala larangan yang harus dijauhkan baik terkait hubungan vertikal maupun horizontal. Ketetapan tersebut merupakan ujian keimanan untuk mengukur komitmen keimanan dan ketauhidan yang telah diikrarkan ketika di alam rahim. Barangsiapa yang keluar dari komitmen keimanan dengan melakukan kemaksiatan dan kemunkaran seperti meninggalkan salat, tidak berzakat, tidak berpuasa, berzina, mencuri, dan lain sebagainya, maka hendaklah ia bertaubat dan menyempurnakan taubatnya dengan amal-amal saleh, niscaya dosa-dosanya diampuni Allah SWT. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Qs. Ali Imran: 135-136)
Ketiga, Kezhaliman yang Tidak Dibiarkan
Yaitu kezhaliman yang dilakukan seorang terhadap sesama, baik berkaitan dengan jiwa, harta, maupun kehormatan. Kezhaliman ini tidak dibiarkan berlalu tanpa ada pembalasan, jika tidak terselesaikan di dunia maka akan diselesaikan pada pengadilan Allah di hari pembalasan. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman:
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi,” (HR. Muslim).
Dosa kezhaliman ini tidak bisa dihapuskan dengan taubat, meskipun dengan tangisan darah, tetapi harus diselesaikan antara pelaku dengan korban atau keluarga korban karena pengampunan Allah tergantung kepada pengampunan orang yang dizhalimi. Ketika seseorang merampok sepeda motor, lalu kabur, kemudian bertaubat, maka taubatnya tidak diterima sebelum ia meminta maaf dan menyelesaikan perkara tersebut dengan pemilik motor. Ketika orang yang terzhalimi tidak dikembalikan hak-haknya di dunia, maka Allah SWT yang akan mengambil kendali pengadilan pelaku kezhaliman di akhirat kelak.
Cara Allah SWT menunaikan hak orang-orang yang terzhalimi yaitu mengambil amalan-amalan baik pelaku kezhaliman dan dimasukkan ke catatan amalan kebaikan orang yang dizhalimi sesuai kadar kezhalimannya. Jika amalan baiknya sudah habis sebelum selesai membalas kezalimannya, maka amalan buruk orang yang dizhalimi akan ditimpakan kepada pelaku kezhaliman. Itulah disebut oleh Rasulullah sebagai orang yang bangkrut di akhirat, yaitu orang yang berlimpah amalan kebaikannya namun habis seketika untuk membayar hak orang-orang yang pernah dizhalimi di dunia. Itulah kezhaliman yang menjadi kegelapan di hari akhirat.
Meminta maaf kepada orang yang dizhalimi jangan menunggu moment tertentu seperti Idul Fitri, tetapi harus segera ditunaikan dan mengembalikan harta yang diambil sebelum ajal menjemput. Karena tidak ada kompromi atau naik banding dalam pengadilan Allah di akhirat. Satu jengkal tanah yang diambil secara zhalim, maka di akhirat nanti akan dipikulkan atau dikalungkan hingga tujuh lapis bumi, atau ditenggelamkan dengan tanahnya.
Semoga Allah SWT melindungi kita dari segala bentuk perbuatan zhalim baik terhadap Allah, orang lain, maupun diri sendiri. Pada moment Ramadan ini, marilah kita sama-sama meningkatkan kualitas amal ibadah, merekatkan solidaritas kepada sesama, menunaikan kewajiban harta, serta saling memaafkan.
Demikian, semoga bermanfaat.
Subhan Nur, Lc, M.Ag
(Kepala Seksi Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Dit. Penerangan Agama Islam)
Sumber : Bimas Islam Kemenag RI
Tags:
Stay At Home