Selamat Datang Penulis Kementerian Agama
Oleh : Syafaat, S.H., M.H.I.
Rangkaian kata yang tersusun rapi dalam bait kalimat seringkali dapat dijadikan topeng untuk melindungi berjuta rahasia. Susunan dari huruf yang menimbulkan berbagai arti tersebut wajib dikuasai oleh mereka yang ingin dianggap sebagai kaum terpelajar untuk dapat menggali banyak pengetahuan dan informasi. Kecakapan seseorang seringkali diukur dari ragkaian huruf yang tersusun dalam kata dan kalimatnya yang disusunnya, baik melalui lisan maupun dalam bentuk tulisan, karenanya bagi kalangan terdidik sangat dituntut untuk dapat menyampaikan ide dan gagasan baru dalam susunan kata yang mudah difahami.
Menganyam huruf menjadi kata dalam
rangkaian kalimat yang indah dan dapat melontarkan makna secara tepat
membutuhkan ketelatenan dengan cara terus mencoba dan mencoba lagi. Banyak
orang yang mempunyai ide dan gagasan yang sangat brilian dan ingin menuangkan
dalam lukisan kalimat, namun terjebak dalam kalimatnya sendiri yang memaksanya
untuk berhenti dalam satu paragraf saja, ide tersebut seakan lenyap tertelan
dalam kalimatnya. Nafsu mengejakulaikan
rangkaian kalimat dalam angan dan banyangan dapat dituangkan dalam berlembar
lembar rangkatan kalimat yang sangat menggebu seakan terhenti begitu saja, mati
tak berkutik lagi.
Tidak mudah untuk memulai dan
mendapatkan ide cemerlang dalam paragraf pertama, seringkali rangkaian kalimat
yang telah disusun dengan rapi akan terbaca dengan makna yang berbeda bagi
pembacanya, atau tidak mampu menggiring ide liar tersebut menjadi kalimat yang
dapat tersusun rapi dengan mempertahankan libido
menulis hingga bait terahir yang diinginkan, dan ketika telah terhenti tersebut
sangat sulit jika harus memulainya kembali, karena akan muncul ide berbeda
dengan waktu yang berbeda.
Kemampuan menulis akan terasah jika
dilakukan secara berkesinambungan, banyak orang yang dapat menyampaikan kalimat
dengan lesan, namun kurang mampu menyampaikan dalam bentuk tulisan. Dengan
tulisan dapat menjelaskan sejumllah persoalan secara proporsional dan berbasis
pada indikator yang jelas (Writing to gain attention or notoriety), kita akan lebih mudah menerima informasi dan tidak
banyak perbedaan penansiran ketika informasi tersebut kita terima dalam bentuk
tulisan, dan ketika ada dua informasi yang berbeda antara lesan dan tulisan,
maka informasi dalam bentuk tulisanlah yang akan dianggap lebih akurat.
Peningkatan kemampuan
menulis bagi Aparatus Sipil Negara (ASN) sebuah kenisbian, karenanya kemampuan
tersebut harus terus diasah dengan berbagai rangsangan yang menyenangkan. Kita
dapat mempelajari keilmuan dari pendahulu kita melalui kitab maupun buku yang
mereka wariskan, begitu juga dengan ide dan pemikiran yang ada dalam diri, yang
akan dapat dinikmati lebih banyak oleh orang lain jika kita tuangkan dalam
bentuk berbagai macam karya tulis. Aparatur Sipil Negara merupakan satu agen
perubahan (agen of change), yang
diharapkan dapat mendorong tumbuhnya literasi yang memadai di masyarakat,
karena dalam diri ASN dan pekerjaannyalah sejumlah data, informasi hingga
kebijakan dirumuskan dan dilaksanakan.
Kementerian Agama mempunyai
tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama sangatlah komplek, karena
semua urusan sangat berkaitan dengan masalah agama. Karenanya Aparatur Sipil
Negara pada Kementerian Agama dituntut untuk meningkatkan kemampuan dibidang
literasi, dengan mengingat peran strategis yang diembannya, baik yang bertugas
sebagai pendidik pada satuan pendidikan, penyuluhan pada masyarakat maupun
mereka yang diberi tugas memberikan pengarahan pada urusan keluarga.
Pandemi covid-19 telah menaburkan aura
ketakutan pada masyarakat, memaksa melakukan kegiatan dan perilaku yang tidak
biasa dan berbeda dari biasanya, hal ini mengakibatkan kita harus beradaptasi,
mengerti dan dapat menaklukkan serta memanfaatkan situasi. Banyak ide cemerlang
muncul dari keterjepitan situasi ini, sampai pada kesimpulan bahwa panddemi covid-19
bukan penghalang untuk beraktivitas dan berkarya, baik untuk ASN maupun pelajar
dan kaum yang ingin menjadi terpelajar.
Puluhan pelajar madrasah berhasil menjadi penulis yang karya-karyanya
tidak kalah dengan mereka yang secara usia sudah dianggap dewasa, ide dan
pemikiiran yang dituangkan tidak kalah menarik dengan para pendidiknya, covid-19
telah berhasil mengurung mereka untuk tetap diam dalam rumah, atau klemah-klemah dalam kamar bau apek yang
dijadikan sebagai ruang belajarnya, namun pikiran dan perasaan mereka tidak
akan terpenjara dengan kondisi dan situasi apapun, sebagaimana cinta yang juga
tidak dapat diadili dan dipenjarakan, kreatifitas mereka akan terus tumbuh dan
berkembang sebagaimana tumbuh dan berkembangnya jiwa mereka, banyak karya
istimewa hadir dari kondisi dan situasi istimewa meraka. kata dan kalimat akan
mejadi indah ketika dikeluarkan dari pikiran yang meronta, tidak hanya hayalan,
namun sebuah realitas makna yang nyata, bangkit dengan keanggunan yang lahir
dari jiwa terdalam, melontarkan makna yang ingin tersampaikan untuk menembus
realitas.
Terminal Literasi Pegawai Kementerian
Agama sebagai wadah bagi penulis dilingkungan Kementerian Agama Kabupaten
Banyuwangi telah berhasil menggali potensi yang dimiliki para guru dan pegawai
dalam merangkai kata, sehingga lebih bermakna, kelahirannya yang tanpa konsep
tersebut membuat lembaga ini dapat bergerak lebih bebas sebagaimana sastrawan
yang telah terbebaskan dari belenggu aturan baku, libido literasi yang mereka
miliki semakin tinggi dan bertambah setiap hari, yang melahirkan banyak karya
yang dapat kita nikmati, baik esai, cerpen maupun puisi. Terminal Literasi
Pegawai Kementerian Agama dengan akronim Lentera
sastra dikonsep untuk selalu dengan kalimat tanya, karena dengan kalimat
tanya tersebut ide akan terus mengalir tanpa harus kontrasepsi agar lahir
banyak karya.
*Ketua Terminal
Literasi Pegawai Kementerian Agama (Lentera Sastra)