Ramadhan dan peningkatan kualitas pelayanan

 

Ramadhan dan peningkatan kualitas pelayanan

Oleh Farid Wajdy

 


Puasa identik dengan lapar dan dahaga.  Jika seseorang lapar dan dahaga, dapat diprediksi,  etos kerja menurun, kreativitas kerja berkurang dan cenderung emosional. Idealnya dengan puasa itu konsentrasi seseorang untuk memenuhi kebutuhan makan dan minumnya menurun bahkan hilang maka seseorang akan lebih fokus dan berkonsentrasi terhadap pola pikir dan pola kerjanya.

Adapun karakter kerja yang bisa terbangun melalui ibadah puasa adalah yang pertama adalah Konsentrasi dalam bekerja meningkat. Sebagaimana yang diungkap di alenia sebelumnya, sudah tidak menjadi bahan pikiran bagaimana seseorang harus memenuhi kebutuhan makan dan minumnya. Di awal harinya sudah berencana, apa yang harus saya konsumsi untuk siang hari. Di waktu siang ketika seseorang harus istirahat atau rehat siang, seorang karyawan atau pekerja yang sedang berpuasa tidak lagi meluangkan waktunya dan memeras pikirannya, bagaimana harus memenuhi kebutuhan makan siang.

Yang kedua adalah jujur. Puasa akan mendidik seseorang berlaku jujur, dia akan merasa rugi apabila pahala puasanya berkurang karena ketidakjujuran yang dilakukan. Dia akan berusaha berlaku jujur ketika ada makanan dan yang halal sekalipun, hanya dirinya dan Tuhannya saja yang tahu, seseorang yang berpuasa akan menjaga puasanya hingga waktu berbuka tiba. Meski seseorang bisa saja mendramatisir kondisi fisiknya ketika berpuasa, berlagak lemah, kulit bibir mengering, berjalan gontai, namun suatu ketika akan terlihat, apakah sebenarnya dia berpuasa atau tidak. Karakter ini akan menjadikan pelayan masyarakat terhidar dari perilaku korup, menyalahgunakan kewenangan serta berhati-hati dalam bertindak.

Yang ketiga adalah disiplin. Seseorang yang sedang berpuasa, dia akan berusaha patuh terhadap ketentuan dan kayfiat puasanya. Jikalau saat imsak tiba, maka dia akan disiplin untuk menghentikan makan dan minumnya ketika sahur. Jikalau belum maghrib, saat boleh berbuka tiba, maka orang yang berpuasa itu tidak berani untuk makan dan minum. Karakter ini akan menjadikan aparat pemerintah disiplin dalam  kerjanya, datang dan pulang tepat waktu serta mampu menyelesaikan amanah tugasnya sesuai deadline kerja.

Yang keempat adalah sabar. Orang yang sedang berpuasa bersabar minimal menunggu waktu berbuka datang. Orang yang sedang berpuasa, mencoba untuk mengontrol emosinya, tidak meluapkan amarah sembarangan,  selalu berusaha untuk menghiasi wajahnya dengan senyum. Karakter ini akan menjadikan Aparatur Negara selalu bertindak sebagai negarawan yang santun dan berwibawa. Akan berusaha melayani masyarakat dengan hati, bukan dengan emosi.


Yang kelima adalah empati. Kepedulian dan solidaritas kepada sesama manusia meningkat, karena dengan berpuasa seseorang akan merasakan bagaimana sulitnya orang-orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi ketika mereka sedang lapar. Maka jika seseorang sudah merasakan bagaimana beratnya lapar dan dahaga serta tuntutan harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya meski perut belum terisi, akan meningkatkan kepedulian antar sesama, terutama teman sejawat dalam profesinya. Karakter ini akan menjadikan pelayan masyarakat peduli terhadap masalah yang dihadapi masyarakat, bertindak cepat dan tuntas terhadap pelayanan yang diberikan.

Yang terakhir adalah harmoni. Rumah tangga menjadi harmonis dengan sahur dan berbuka bersama dengan keluarga. Maka dengan hal itu, akan meningkatkan keharmonisan rumah tangga. Permasalahan pelik maupun sepele yang sering muncul dalam rumah tangga menjadi menurun, sehingga beban pikirannya berkurang dan akan berpengaruh kepada kualitas seseorang dalam bekerja. Harmoni itu juga akan terbawa dalam suasana dan iklim kerjanya. Terminologi “kolektif-kolegial” tidak hanya slogan semata. Bersinerji yang harmonis dalam dunia kerja, akan mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pesan moral ini selaras dengan apa yang dipesankan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi saat memberikan Pembinaan kepada ASN Kementerian Agama dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan beberapa saat yang lalu.

Sebagai simpulan, jika puasa seseorang itu benar, baik dari sisi kaifiat dan hikmah yang bisa dipetik, maka para pelayan masyarakat atau pegawai akan mampu meningkatkan kualitas pelayanannya meskipun sedang berpuasa. Rasulullah memberikan pesan moral, seseorang yang sedang berpuasa, jika melakukan ibadah Sunnah akan tercatat pahala seperti melaksanakan ibadah wajib dan jika seseorang melakukan ibadah wajib, maka akan berlipat ganda pahala yang akan diterima. Memberikan pelayanan terbaik adalah wajib, maka atas izin Tuhannya, dia akan mendapatkan ganjaran pahala yang berlipat ganda. Semoga ibadah puasa kita, mendidik kita menjadi pelayan masyarakat yang prima.

Penulis adalah Pengawas PAI SMP, SMA dan SMK Kemenag Kab. Banyuwangi

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama