Meninggalkan Hal yang Tidak Bermanfaat dalam Kehidupan Seorang Muslim
Oleh: Chaironi Hidayat
Hadis ke-12 dalam kumpulan hadis-hadis penting dalam Islam berbunyi:
"Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya. Hadis ini dinilai hasan oleh sebagian ulama).
Hadis ini mengandung pesan yang mendalam mengenai bagaimana seorang Muslim seharusnya menjalani kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada berbagai macam aktivitas, baik yang bermanfaat maupun yang hanya membuang waktu. Oleh karena itu, memahami dan mengamalkan hadis ini menjadi suatu keharusan agar kehidupan seorang Muslim lebih bermakna dan berorientasi pada hal-hal yang lebih baik.
Waktu adalah salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia. Oleh karena itu, seorang Muslim harus mampu menggunakannya dengan bijaksana. Hadis ini mengajarkan bahwa membuang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan suatu bentuk kelalaian yang dapat merugikan diri sendiri.
Sebagai contoh, jika seseorang memiliki waktu luang, hendaknya ia menggunakannya untuk sesuatu yang dapat mendekatkannya kepada Allah, seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, atau bersholawat. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah membaca sholawat minimal 1000 kali dalam sehari. Dengan memperbanyak sholawat, seseorang akan memperoleh ketenangan hati serta mendapatkan berbagai rahasia Allah yang tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia. Misalnya, ada seseorang yang ingin membeli takjil tetapi merasa ragu, dan tiba-tiba hujan turun. Hal ini bisa jadi merupakan salah satu petunjuk dari Allah agar ia tidak jadi membeli takjil tersebut.
Salah satu bentuk meninggalkan hal yang tidak bermanfaat adalah menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia. Dalam kehidupan modern, banyak orang yang menghabiskan waktu untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting, seperti gosip atau debat yang tidak ada manfaatnya. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadis ini, kita diajarkan untuk selalu berpikir sebelum berbicara. Jika perkataan kita tidak membawa manfaat, lebih baik diam. Sebab, berbicara tanpa manfaat hanya akan menambah dosa dan dapat merusak hubungan sosial.
Selain itu, menjaga perbuatan juga menjadi bagian penting dalam mengamalkan hadis ini. Sebagai seorang Muslim, kita seharusnya menghindari perbuatan yang sia-sia, seperti terlalu banyak bermain media sosial tanpa tujuan yang jelas atau berdebat tentang hal-hal yang tidak ada gunanya. Lebih baik menggunakan waktu tersebut untuk melakukan aktivitas yang lebih produktif, seperti menuntut ilmu atau melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Islam mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, seorang Muslim dianjurkan untuk selalu memperbanyak amal shalih. Dengan menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat, kita bisa lebih fokus dalam meningkatkan kualitas ibadah kita.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki waktu luang bisa menggunakannya untuk memperdalam ilmu agama, mengikuti kajian, atau sekadar membantu sesama. Dengan begitu, kehidupannya akan lebih bermakna dan diberkahi oleh Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
"Demi waktu, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran." (QS. Al-‘Asr: 1-3).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap detik yang kita miliki harus digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Jika tidak, kita termasuk orang yang merugi.
Selain menjaga lisan dan perbuatan, hadis ini juga mengajarkan agar seorang Muslim tidak terlalu sibuk dengan urusan orang lain yang tidak ada kaitannya dengan dirinya. Terlalu banyak mencampuri urusan orang lain dapat menyebabkan konflik dan menghilangkan keberkahan waktu.
Sering kali kita mendengar seseorang yang terlalu ingin tahu tentang kehidupan orang lain hingga akhirnya timbul fitnah dan perselisihan. Rasulullah SAW bersabda:
"Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi).
Hal ini menunjukkan bahwa menjaga hati dan pikiran dari hal-hal yang tidak perlu adalah bagian dari keimanan. Jika kita terlalu sibuk mengurusi kehidupan orang lain, kita akan lupa untuk memperbaiki diri sendiri. Padahal, tugas utama seorang Muslim adalah memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadahnya kepada Allah.
Hadis ini memberikan pedoman yang sangat jelas bagi setiap Muslim untuk menjalani kehidupan dengan lebih efektif dan penuh makna. Dengan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, seseorang dapat lebih fokus pada ibadah, memperbaiki diri, dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan untuk mengamalkan hadis ini antara lain:
Mengisi waktu luang dengan ibadah dan aktivitas yang bermanfaat.
Menjaga lisan dari perkataan yang tidak berguna.
Menghindari perdebatan dan gosip yang tidak memiliki manfaat.
Menjaga hati dari perasaan iri, dengki, atau terlalu sibuk dengan urusan orang lain.
Memperbanyak membaca sholawat dan dzikir agar lebih dekat kepada Allah.
Dengan menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berorientasi pada kebaikan dunia maupun akhirat. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk selalu melakukan hal-hal yang bermanfaat dan menjauhi segala sesuatu yang sia-sia. Aamiin.